BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebuah pertnyaan klasik, yang dari
dahulu kerap dilontarkan tentang mengapa Alquran menggunakan bahasa Arab. Apakah karena Muhammadﷺ adalah orang Arab yang diututus oleh Allah sebagai rasul
dan nabi atau bahasa Arab memiliki keistimewaan dibanding dengan bahasa lain?
Ibnu Katsir menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahasa Arab adalah
bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas, dan paling mampu
menyampaikan makna yang terdapat dalam benak. Allah menurunkan kitab yang agung/mulia
dengan menggunakan bahasa yang agung kepada utusan yang agung (Muhammad rasulullahﷺ., melalui malaikat yang
agung/mulia (Jibril as) di bumi yang agung/mulia pula (Makkah al-mukarramah).
Kitab yang agung/mulia ini diturunkan pertama pada bulan yang agung/mulia yaitu
ramadhan. Alquran adalah kitab paling sempurna dari berbagai aspek (Ibn Katsir,
t.th :254).
Imam Syafii (t.th: 48) mengatakan bahwa setiap orang muslim
wajib mempelajari bahasa Arab, agar ia dapat mengakui bahwa tiada Tuhan yang
harus disembah kecuali Allah, dan Muhammadﷺ adalah hamba dan utusan-Nya, mempelajari
Alquran, mengucapkan zikir wajib, diantaranya takbir, tasbih, dan tasyahud.
Jika orang bermaksud mendalami ajaran atau petunjuk yang
dikandung Alquran dan sunnah ini maka ia harus menadalami bahasa Arab dari
berbagai aspeknya diantaranya ilmu Qawaid. Ilmu Qawaid adalah
ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah bahasa Arab atau tata bahas Arab yang
mencakup dua bagian yaitu qawaid
al nahwi dan qawaid al sharf. Dua kaidah ini
sangat penting dipahami karena qawaid al-nahwi memfokuskan analisisnya
pada hal-hal yang berkaitan dengan perbuhan bacaan/harakat huruf terakhir suatu
kata. Sharf memfokoskan analisisnya pada perubahan bentuk kata dari
suatu bentuk ke bentuk lainnya, seperti dharaba-yadhribu (Fahmi,1999:53) [1]
Untuk memudahkan memahami ilmu tersebut salah satu
diantaranya menggunakan metode pembelajaran. Orang yang menguasi ilmu
ini maka ia mudah membaca berbagai leteratur yang berbahasa Arab. Bahasa Arab
selain sebagai bahasa keagamaan ia juga bahasa komunikasi, politik, dan budaya (Mas’adi,
1977: 1)[2]
. Bahasa Arab diakui secara resmi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai
salah satu bahasa Internasional sejak tahun 1973 (Umam,1980: 15)[3]. Merespon
keputusan PBB tersebut berbagai perguruan tinggi umum membuka jurusan bahasa
Arab, bahkan di beberapa perguruan
tinggi menjadikan bahasa Arab sebagai mata kuliah wajib
semua jurusan.
Perguruan tinggi yang memiliki jurusan bahasa Arab sudah
tentu memliliki kurikulum. Di dalam kurikulum tertuang tujuan pendidikan
nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan
instruksional. Kurikulum ini sebagai
pedoman bagi tenaga pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Tenaga pendidik dalam
melaksanakan tugasnya ia harus profesional. Tenaga pendidik yang profesional
memiliki kompetensi, baik kompetensi pedagogik, profesional, sosial maupun
kepribadian. Tenaga pendidik yang profesional membawa peserta didiknya/
mahasiswanya dengan mudah mencapai tujuan yang
diinginkan.
Belajar bahasa asing khususnya bahasa Arab tidak mudah
karena bukan bahasa ibu, oleh karena itu, yang harus menjadi pendidik bahasa
Arab adalah pendidik profesional. Pendidik profesional menguasai bahan yang
diajarkan, memilih metode pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya.
Maksudnya:
Rencana
yang disusun oleh pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui proses
pembelajaran pada waktu yang singkat.
Anthony
dalam Arsyad (1997: 8)[5]
mengatakan metode adalah rencana menyeluruh dalam penyajian materi bahasa
secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan dengan yang lain dan
semuanya berdasarkan pada pendekatan yang dipilih, sebuah metode sifanya prosedural.
Metode merupakan action plan yang
disusun oleh pendidik sebelum melakukan aktivitas pembelajaran, dengan tujuan
agar peroses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Keberhasilan
pembelajaran sangat terkait dengan keterampilan seorang pendidik memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik/mahasiswa itu
sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi objek bahsan dalam tulisan
ini yaitu penegrtian metode dari berbagai pandangan para ahli dan metode pembelajaran bahasa Arab.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud
metode pembelajaran?
2. Apa dan bagaimana
metode pembelajaran bahasa Arab yang ada?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Pembelajaran
Sebelum
dikemukakan beberapa metode pembelajaran bahasa Arab terlebih dahulu diketahui
pengertian metode pembelajaran dari berbagai padangan. Usman (2011:119-120)[6]
mengemukakan pandangan para ahli tentang pengertian metode pembelajaran di
antaranya sebagai berikut :
1.
Moh. Athiyah al-Abrasyi, dalam Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany
rnengatakan Metode pembelajaran adalah jalan yang dikuti untuk memberii
pemahaman kepada peserta didik segala macam pelajaran, dalam segala mata
pelajaran.
2.
Al-Jumbalathy dalam Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany mengatakan bahwa
metode pembelajaran adalah cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampikan
pengetahuan ke otak peserta didik.
3.
Abuddin Nata mengatakan metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau
langkah–langkah yang digunakan untuk menyampain suatu gagasan,pemikiran atau
wawasan yang disusun secara sistimatis dan terencana serta dididasarkan pada
teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait, tertama ilmu psikologi,
manajemen, dan sosiologi.
4.
Mohd. Abd. Rahim Ghunaimah mengatakan : Metode pembelajaran adalah cara-
cara yang praktis yang ditempuh untuk mencapai tujuan dan maksud pengajaran.
5.
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany mencoba memberikan pengertian metode
pembelajaran dengan cara memadukan rumusan-rumusan pengertian yang berbeda-beda dan kekhususannya dengan
mengatakan metode pembelajaran bermakna segala segi kegiatan yang terarah yang
dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang
diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya
dan tujuan membantu peserta didiknya untuk mencapai proses belajar yang
diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka, Selanjutnya
membantu mereka memperoleh informasi, pengetahuan, keterampilan, kebiasaan,
sikap, minat, dan lain-lain yang diinginkan.
Perlu
diketahui bahwa pada dasarnya metode pembelajaran ilmu pengetahuan umum dapat
diterapkan juga pada pembelajaran bahasa Arab, walaupun diakui bahwa metode
pemebelajaran bahasa Arab itu memiliki ciri-ciri khusus.
Metode
mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam proses pembelajaran untuk mencapai pencapaian tujuan
pembelajaran, sebab metode menjadi salah satu sarana dalam menyampaikan materi
pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran
tidak akan dapat berproses secara efesien dan efektif dalam kegiatan
pembelajaran. Metode yang tidak efektif akan menjadi kendala kelancaran proses
pembelajaran. Oleh karena itu, metode yang diterapkan akan berdaya guna dan
berhasil guna jika mampu digunakan dalam
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Sehubungan
dengan pernyataan di atas, Nata mengatakan bahwa metode pembelajaran memiliki
kedudukan yang amat strategis dalam mendukung keberhasilan pembelajaran. Itulah
sebabnya para ahli pendidikan sepakat, bahwa seorang pendidik yang ditugaskan
mendidik baik di sekolah/madrasah maupun di perguruan tinggi haruslah pendidik
yang profesional, yaitu pendidik yang memiliki keterampilan menggunakan metode
pembelajaran dengan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan
metode pembelajaran sehingga sasaran tercapai.
B. Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Metode
pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu strategi
pengorganisasian (organizational strategy), strategi penyampaian (delivery strategy) dan strategi pengelolaan (management
strategy)(Uno, 208: 17)[7]. Organizational strategy adalah metode untuk
mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan
seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, dan format isi. Delivery
strategy adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada
peserta didik atau untuk menerima respons masukan yang berasal dari peserta
didik. Media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi ini.
Kemudian Management Strategy adalah
metode untuk menata interaksi strategi pengorganisasian dan strategi
penyampaian yang dapat digunakan selama proses pembelajaran.
Metode
apapun yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, yang perlu
diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip pembelajaran.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Berpusat kepada anak didik (student oriented).
2. Belajar dengan melakukan (learning by doing).
3. Mengembangkan kemampuan sosial.
4. Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi.
5. Mengembangkan kreativitas
dan keterampilan memecahkan masalah
(Majid, 2008: 136-137)[8].
Metode
pembelajaran bahasa Arab yang diaplikasikan oleh pendidik/guru/ dosen bahasa Arab hendaknya mengacu pada
prinsip-prinsip tersebut. Penerapan metode pembelajaran tidak akan berjalan
dengan efektif dan efisien sebagai media pengantar materi pengajaran bila
penerapannya tanpa didasari dengan
pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja
akan menjadi penghambat jalannya proses
pengajaran, bukan komponen yang menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat
aplikasinya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami dengan baik dan
benar tentang karakteristik suatu metode. Secara sederhana, metode pembelajaran
bahasa Arab dapat digolongkan menjadi dua macam pada garis besarnya, yaitu:
pertama, metode tradisional/klasik dan kedua, metode modern.
Metode
pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang
terfokus pada ‚bahasa sebagai budaya ilmu‛ sehingga belajar bahasa Arab berarti
belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis
(qawaid nahwi), morfem/morfologi (qawaid al-sharf) ataupun sastra (adab). Metode yang berkembang
dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah metode qawaid dan tarjamah.
(Munir: 2005)[9].
Metode
tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang
pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih menerapkan
metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1.
Tujuan pengajaran bahasa Arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama
nahwu dan ilmu sharaf
2.
Kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab
klasik yang tidak memakai harakat, dan tanda baca lainnya
3.
Bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang
itu memberikan ‚rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan mereka.
Metode
pengajaran bahasa Arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada
tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat
komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah
kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami
ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab.
Dalam
pembelajaran bahasa, ada tiga istilah yang harus dipahami lebih dahulu yaitu approach,
metode, dan teknik. Ketiga istilah yang dimaksud ini seringkali penggunaannya
tidak sesuai atau dicampuradukkan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga
pengertiannya tidak jelas. Oleh karena itu, untuk memudahkan memahami ketiga
istilah tersebut maka di bawah ini diberi penjelasan sebagai berikut:
a.
Approach adalah serangkaian
asumsi mengenai hakikat bahasa dan pengajaran bahasa serta belajar bahasa. Approach
bersifat aksiomatis. Approach dijabarkan melalui metode atau metode
merupakan penjabaran dari approach.
b.
Metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian
materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan
ata suatu approach. Approach bersifat aksiomatis, sedang metode
berisifat prosedural. Jadi, dalam satu apparoach bisa saja terdapat beberapa
metode yang digunaka.
c. Teknik bersifat implementasional, artinya apa
sesungguhnya terjadi dalam kelas atau bisa juga dekenal dengan sebutan
strategi untuk mencapai sasaran. Teknik
harus konsisten dengan metode dan tidak boleh bertentangan dengan approach
(Richards dan Theodore, 1995: 15)[10].
Berdasrkan
pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa approach, metode, dan
teknik memiliki hubungan yang bersifat hirarkis. Hal ini sangat penting
dipahami dalam pembelajaran bahasa Arab.
Sumardi
(1974: 15)[11]
mengatakan bahwa pembelajaran bahasa asing telah berkembang sejak masa Romawi
Kuno dan abad pertengahan. Pada saat itu, bahasa bangsa Romawi mempelajari
bahasa Yunani dngan cara menyewa guru pribadi atau tutor yang berkebangsaan
Yunani, dan kadang juga dengan cara memelihara budak belian atau pelayan yang
berbahsa Yunani (bahasa latin). Metode pembelajaran pada masa itu disebut
dengan al-tariqah al-qadimah
Belajar
bahasa yang bukan bahasa ibu atau bukan bahasa pertama sungguh mengalami
kesulitan. Oleh karena itu, belajar bahasa asing termasuk bahasa Arab
membutuhkan perhatian yang serius dan latihan setiap saat, dengan latihan akan
terjadi perubahan menggunakan bahasa secara alami. Metode sangat dibutuhkan
dalam hal ini apalagi pendidik bahasa ia harus berusaha membangkitkan motivasi
belajar bahasa asing peserta didiknya.
Timbul
pertanyaan apa itu metode? Metode adalah cara yang digunakan untuk mengeimplentasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal (Sanjaya,
2011: 147)[12].
Ini berarti metode itu sangat penting digunakana dalam meralisasikan strategi
yang telah disusun secara matang. Keberhasilan strategi yang telah ditetapkan
secara matang untuk mencapai sasaran pembelajaran yang diinginkan sangat
terkait dengan keterampilan seorang pendidik dalam mengimplementasikan metode
pembelajaran.
Untuk
memahami secara mendalam tentang metode pembelajaran maka perlu dipahami
ilmunya yang biasa disebut metodologi pembelajaran. Secara etimologi kata
metodologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata yaitu metodos
dan logos. Metodos berarti cara atau jalan, dan logos yang berarti ilmu. Secara
semantik, metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang
efektif dan efisien.
Berbagai
metode telah diujicobakan oleh para ahli termasuk untuk bahasa
asing. al-Khouly dalam Makruf (2009: 49)[13]
menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat
macam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa, yaitu:
metode gramatika dan terjemah, metode langsung, audio-lingual, dan
metode eklektik (campuran). Badri menambahkan satu metode pembelajaran lagi,
yaitu metode membaca.
Berdasarkan
pernyataan tersebut maka dapat ditarik suatu konkulusi bahwa metode
pembelajaran bahasa Asing termasuk bahasa Arab sebagai berikut :
1.
Metode gramatika dan terjemah,
2.
Metode langsung,
3.
Metode membaca,
4.
Metode audio-lingual
5.
Metode eklektik (campuran).
Metode pembelajaran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Metode gramatika dan terjemah ini sering disebut metode klasik
(
) atau ( ). Metode
pembelajara ini menekankan pada analisis struktur kalimat dari sisi tata bahasa
atau qawaid dan terjemahnya. Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin (2011: 39)[14]
mengatakan bahwa metode ini dalam sejarah pembelajaran bahasa Asing merupakan
metode yang pertama kali digunakan dalam pengajaran klasik yaitu bahasa Latin
dan Yunani. Metode ini juga dikenal sebagai metode tradisional yang memandang bahasa secara prespektif,
maksudnya bahasa yang baik dan benar adalah bahasa menurut para pakar bahasa
bukan yang digunakan oleh penutur asli di lapangan.
Sehubungan
dengan hal tersebut Ba'labaki dalam Hermawan (2011: 171)[15]
menjelaskan bahwa dasar pokok metode ini adalah hapalan kaidah-kaidah, analisa
gramatika terhadap wacana lalu diterjemahkan ke dalam bahasa yang digunakan sebagai pengantar pelajaran. Perhatian
terhadap kemampuan berbicara peserta didik sangat kecil. Oleh karena itu, orang
yang menguasai qawaid atau tata bahsa Arab kemampuan mengunakan bahasa dalam
berkomunikasi sangat terbatas. Hal ini menandakan bahwa titik tekan metode
gramatical and translation metode
bukan melatih keterampilan
berkomunikasi secara aktif, melainkan kemampuan memahami bahasa secara logis
yang didasarkan kepada analisa cermat terhadap aspek kaidah hahasa.
Sesuai
dengan nama metode ini, maka karakteristik utamanya, terfokus pada pengkajian
kaidah-kaidah tata bahasa dan penerapannya dalam penerjemahan. Prinsip utama
metode ini, tata bahasa yang diajarkan adalah tata bahasa formal dengan teknik
deduktif. Sedangkan kelancaran tidak terlalu diperlukan para pendidik bahasa
asing, karena melalui metode ini mereka mengajar bahasa dengan bahasa peserta
didik.
Secara
umum, penerapan sistem pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Arab yang
dikembangkan pada lembaga pendidikan, termasuk perguruan lslam masih
menitikberatkan pada metode gramatika-terjemah. Hal ini dapat dilihat pada
ciri-ciri yang dikembangkan sebagai berikut:
1) Pemberian keterangan kaidah-kaidah tata bahasa oleh
pendidik dan penghapalan kaidah-kaidah tersebut oleh peserta didlik;
2)
Penghapalan kata-kata tertentu kemudian dirangkaikan menurut
kaidah-kaidah tata bahasa yang berlaku;
3)
Kegiatan-kegiatan menerjemahkan kata demi kata, dan kalimat demi
kalimat dari bahasa asing ke
dalam bahasa pembelajar, dan sangat kurang terjemahan sebaliknya, yakni dari
bahasa pembelajar ke dalam bahasa asing
4)
Latihan untuk kemahiran menggunakan bahasa secara lisan sangat kurang
kalau dihitung frekuensinya hanyalah sekali dengan cara-cara membosankan karena
tidak ada variasi dan;€
5)
Kurang menggunakan alat peraga atau alat bantu yang dapat didengar,
dilihat (audio-visual aids). Adapun gambar yang digunakan lebih bersifat
ilustrasi daripada untuk pembelajaran (Izzan, 2007: 132)[16].
Metode
tersebut mendapat sorotan dalam perkembangannya karena metode ini titik
tekannya pada penguasaan kaidah- kaidah bahasa bukan pada keterampilan bercakap
atau berbahasa. Pada hal belajar bahasa itu dimaksudkan untuk memudahkan
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Perlu dipahami tidak semua orang yang
mampu berbahasa misalnya bahasa Arab mampu membaca kitab kuning atau kitab
klasik.
Belajar qawaid
pada hakikat yang dinginkan adalah ketearmpilan membaca, memahami, menganalisis
maksud teks. Posisi kalimat dalam teks itu mempengaruhi makna. Jika orang tidak
paham qawaid dalam membaca teks Arab tentu tidak dapat memahami kandungan teks
tersebut. Oleh karena itu, belajar qawaid itu penting dan sempurnah lagi, jika
dipadu dengan metode pembelajaran yang lain seperti metode muhadasah.
Metode
langsung yaitu suatu cara penyajian materi pelajaran bahasa asing dengan
menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dalam menjelaskan materi kepada peserta didik tanpa diselingi bahasa
nasional peserta didik. Hermawan (2011: 179)[17]
mengatakan metode langsung adalah suatu cara atau jalan yang digunakan pendidik
dalam menyajikan materi pelajaran bahasa asing kepada peserta didik dengan
menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar. Jika terdapat kata yang
sulit dimengerti oleh peserta didik maka pendidik menjelaskan kata tersebut
dengan menggunakan media misalnya gambar, diagram, dan chart untuk menciptakan gambaran mental dan menghubungkannya
dengan kata yang diucapkan. Metode ini lahir
sebagai reaksi penolakan atau ketidakpuasan terhadap penggunaan metode
qawaid dan terjemah tersebut. Ia menganggap metode qawaid dan terjemah
digunakan dalam mengajarkan bahasa seperti bahasa mati pada hal bahasa itu
hidup.
Metode
langsung berasumsi bahwa belajar bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu
yakni penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam berkomunikasi. Menurut metode ini, peserta
didik belajar bahasa asing dengan cara menyimak dan berbicara, sedangkan
membaca dan mengarang dapat dikembangkan kemudian. Bahkan unsur tata bahasa
dalam metode ini tidak terlaru diperhatikan,
sebab sasran utamanya adalah bagaimana agar peserta didik pandai
menggunakan bahasa asing yang dipelajarinya, bukan pandai tentang bahasa asing
yang diperajari. Tata bahasa hanya diberikan melalui situasi (kontekstual) dan
dilakukan secara lisan, bukan dengan cara menghapalkan kaidah-kaidah (Nababan, 1993: 15)[18]
Tujuan
metode langsung ini pada hakikatnya berusaha menempatkan bahasa itu sebagaimana
fungsinya yaitu alat komunikasi. Oleh karena itu, pendidik dituntut menggunakan
bahasa asing sebagai bahasa pengantar setiap saat agar peserta didik terlatih
dan terbiasa mendengar dan mempraktikkannya terutama dalam lingkungan
sekolah/madrsah/perguruan tinggi.
Metode
langsung ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)
Berbahasa adalah, berbicara, maka berbicara merupakan aspek yang harus
diproritaskan. Jika ada materi dalam bentuk bacaan maka bacaan itu pertama kali
disajikan secara lisan
b)
Sejak awal peserta didik dibiasakan berpikir bahasa asing yang
dipelajari. Cara ini dilakukan agar peserta didik pandai menggunakan bahasa
secara otomatis layaknya bahasa ibu
c)
Bahasa ibu bahasa kedua atau terjemahan kedalam dua bahasa tidak
digunakan
d)
Tidak begitu memperhatikan aspek tata bahasa, kalupun ada hanya diberikan
dengan mengulang-ulang contoh kalimat secara lisan bukan dengan
menjelaskan definisi atau menghapsalkannya
e)
Ada asosiasi langsung antara kata-kata/kalimat - kalimat dengan makna
yang dimaksud melalui peragaan, gerakan, mimik muka, gambar, bahkan alam nyata.
Atas dasar itu proses belajar dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas
f)
Untuk memantapkan peserta didik dalam menguasai bahasa asing yang
dipelajari pendidik memberi latihan berulang-ulang dengan contoh dan hapalan.
Prinsip metode langsung ini, belajar
bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu yakni penggunaan bahasa secara
langsung dan intensif dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik terutama pada saat berkomunikasi
dengan guru/pendidik bahasa asing
dan sesama peserta didik. Munculnya metode langsung ini banyak
memberi sumbangan positif terhadap perubahan pembelajaran bahsa asing di dunia.
Dalam metode ini tata bahasa/gramatika/qawaid tidak diajarkan secara detail
tetapi diajarkan secara induktif.
Metode ini muncul akibat
ketidakpuasan kepada metode langsung yang kurang memberikan perhatian kepada kemahiran
membaca dan menulis. Kemudian metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa
pengajaran bahasa asing tidak bisa bersifat multi tujuan, dan bahwa kemampuan
membaca adalah tujuan yang paling realistis ditinjau dari kebutuhan pembelajar
bahasa asing.
Hasil
pelitian menunjukkan mengenai situasi pengajaran bahasa asing menyimpulkan
bahwa tidak ada satu pun metode pembelajaran bahasa asing yang mampu menjamin
hasil yang gemilang. Tujuan pengajaran bahasa asing yang menekankan ketrampiran
berbicara, sebagaimana konsep metode langsung, dianggap kurang memuaskan
hasilnya, karena waktu yang disediakan untuk bahasa asing bagi pembelajar hanya
sedikit. Arsyad (1998: 54-56)[19]
mengatakan metode membaca merupakan metode pembelajaran yang bertujuan untuk
memberikan kemampuan membaca kepada peserta didik sehingga mampu membaca dan
memahami teks ilmiah yang berbahasa Arab untuk keperluan studi mereka dan seni
yang berkaitan dengannya
4. Audio Lingual Method ( )
Metode audio lingual pada dasarnya merupakan pengembangan dari
metode langsung yang dirasakan memiliki kelemahan terutama dalam menjelaskan
hal-hal yang sulit dipahami peserta
didik. Oleh karena itu, metode ini disamping menekankan pengajaran bahasa lewat
mendengar dan menirukan, juga dimungkinkan penggunaan bahasa ibu untuk
penjelasannya. Metode ini biasanya lebih banyak diterapkan dengan bentuk pattern
drill. Pada awalnya metode ini digunakan oleh militer, sehingga disebut
dengan istilah army method (Richards dan Theodore, 1995: 45)[20].
Metode
ini pada dasarnya mengintensifkan prinsip-prinsip pada direct method atau
metode langsung yang dikembangkan oleh Carles Berlitz di Jerman menjelang abad
ke-19. Metode ini mencoba menstimulasikan cara pembelajaran bahasa asing secara
langsung dan intensif dalam komunikasi. Peserta didik bahasa asing dalam hal ini dibiasakan untuk berpikir dengan
bahasa asing. Oleh karena itu, penggunaan bahasa ibu sama sekali tidak
digunakan.
5. Metode Campuran ( )/Eclectic
Method
Metode
eklektik atau metode campuran muncul sebagai jawaban dari kelemahan yang ada pada masing-masing metode.
Metode ini merupakan gabungan dari
beberapa metode terdahulu. Tujuannya adalah untuk meminimalisir kelemahan
masing-masing metode tersebut sehingga antara satu metode dengan lainnya saling
melengkapi sehingga pembelajaran bahasa asing dapat berjalan secar efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan bahasa asing yang diharapkan. Dengan
demikian guru dapat saja menggunakan beberapa metode atau mengkombinasikan
beberapa metode pada saat proses pembelajaran bahasa asing berlangsung.
Usman (2011:
145)[21]
mengatakan metode itu tiada lain kecuali sebagai alat atau cara yang digunakan
guru/pendidik menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Keefektifan
suatu metode sangat terkait dengan keterampilan guru mempertimbangkan
penggunaannya dengan memperhatikan berbagai faktor. Abuddin Nata dalam Usman
(2011:146)[22]
mengatakan terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan diantaranya:
1.
Faktor Tujuan dan Bahan Pelajaran
2.
Faktor Peserta didik
3.
Faktor Lingkungan
4.
Faktor Alat dan Sumber Belajar
5.
Faktor Kemampuan Guru
Faktor
Tujuan dan Bahan Pelajaran. Metode pembelajaran harus sesuai dengan tujuan dan
bahan pelajaran. Di dalam mengajar selalu ada tujuan yang ingin dicapai. Yang
menjadi pertanyaan bagi seorang guru adalah bagaimana menetapkan/memilih metode
yang dapat memberikan jaminan untuk mencapai tujuan itu sebaik-baiknya.
Seorang
guru sebelum mengajar terlebih dahulu merumuskan tujuan yang ingin dicapai,
tujuan ini menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menggunakan metode, seperti
tujuan pembelajaran yang bersifat afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Faktor
Pesera Didik. Peserta didik memiliki berbagai potensi di antarnya; kecerdasan,
bakat, minat, hobbi, dan kecenderungan berbeda. Demkian juga perbedaan tingkat
usia peserta didik. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan sikap kejiwaan.
Latar belakang perbedaan tersebut di atas, guru harus mempertimbangkan dalam
memilih metode pembelajaran yang tepat. Lingkungan
harus menjadi pertimbangan juga dalam penggunaan metode.
Faktor
Alat dan Sumber Belajar. Alat belajar dari berbagai macamnya yang tersedia
menjadi faktor pertimbangan dalam memilih metode, demikian juga bahan ajar yang
tersedia dengan berbagai macamnya. Alat pembelajaran yang lengakap ikut
menentukan penggunaan metode pada materi ajar. Setiap metode membutuhkan
alat dan sumber belajar
Berdasarkan
kenyataan bahwa setiap metode dapat digunakan dengan baik oleh guru yang
bijaksana. Namun demikian metode yang dipilih oleh guru harus menyesuaikan dengan keadaannya, kalau hal ini
diabaikan maka guru tersebut akan gagal dalam memilih metode. Metode
pembelajaran sangat berperan dalam mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
Oleh karena itu, pemilihan metode yang sesuai tujuan pembelajaran berdampak
postif dalam pencapaian tujuan pembelajaran, baik kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Sehubungan dengan hal tersebut metode pembelajaran bahasa asing
cukup banyak oleh karena itu, pendidik/guru bahasa termasuk bahasa Arab harus
memiliki wawasan yang luas dan keterampilan memilih metode dan menggabungkan
berbagai metode dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan di atas maka dapat ditarik kesempulan sebagai berikut:
a. Metode mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam proses
pembelajaran untuk mencapai
pencapaian tujuan pembelajaran, sebab metode menjadi salah satu sarana dalam
menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak
akan dapat berproses secara efesien dan efektif dalam kegiatan pembelajaran.
Metode yang tidak efektif akan menjadi kendala kelancaran proses pembelajaran.
b. Metode pembelajaran bahasa Asing
termasuk bahasa Arab sebagai berikut :
1. Metode
gramatika dan terjemah,
2. Metode langsung,
3. Metode audio-membaca
4. Metode audio-lingual
5. Metode elektik (campuran)
Metode pembelajaran bahasa Arab ini
dapat berhasil bila seorang guru/pengajar dalam menggunakannya mempertimbangkan
beberapa faktor di antaranya:
a)
Faktor Tujuan dan Bahan Pelajaran
b)
Faktor Peserta didik
c)
Faktor Lingkungan
d)
Faktor Alat dan Sumber Belajar
e)
Faktor Kemampuan Guru.
B. SARAN
Dengan memahami
dan mengerti setiap metode-metode pembelajaran Bahasa Arab serta
kondisi-kondisi yang menyertainya diharapkan kita kedepannya dapat menerapkan
strategi terbaik dalam belajar dan mengajarkan Bahasa Arab kepada peserta didik
dengan lebih efektif lagi. Untuk itu segala kekurangan yang ada dari sumber
daya serta hal-hal lainnya yang diperlukan dalam mengimplementasikan
metode-metode tersebut dapat lebih terantisipasikan lagi dan dipersiapkan
dengan lebih matang demi teriptanya proses belajar mengajar yang
lebih efektif
Dalam penyusuan makalah ini penyusun juga menyadari masih terlalu banyak
kekurangan, untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik atas penyusunan makalah ini agar dapat membantu
penyusunan makalah selanjutnya dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abdurrahman al- Qadir. 1979. Thuruqu Ta’alim al – Lughah al –
‘Arabiyah.Maktabah al –
Nahdah, al – Mishriyah, Kairo
Arsyad,
Azhar. 1998. Madkhal
ila Turuq Ta'lim al-Lugah al-Ajnabiyyah li Mudarrisi al-Lugah al-Arabiyah.
Cet. I; Ujung Pandang: Ahkam.
Atha, Ibrahim Muhammad.1416 H/1996
M. Thuruqu Tadris al – Lughah al – ‘Arabiyah Wa al – Tarbiyah
al – Diniyah,. al-Mishriyah, Kairo Maktabah al – Nahdhah
.
Badri, Kamal Ibrahim. t,th. Al-Turuq al- Ammah fi Tadris al-
Lughah al- Arbiyah. Jakarta: Li al-Daurah al-Tarbawiyah
al-Mukasafah.
Fachrurrozi,
Aziz dan Erta Mahyuddin. 2011. Pembelajaran
Bahasa Asing: Metode Tradisional dan Kontenporer.
Cet.I; Jakarta: Bania Publishing.
Fahmi, AH.Arkom. 1999. Ilmu
Nahwu dan Sharaf,Praktis dan Aplikatif. Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Farihah, Anis.1973. Nazhriyaat al Lughah.
Beirut Dar al – Kitab al – Ubnany.
al-Hamady,
Yusuf dkk. 1971. Al-Qawaid al-Asasiyah fi al- Nahwi wa Sharf. Al- Qahirah:T.tp,
Hermawan,
Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Cet.I; Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ibnu Katsir Abu al-Fida’ Ismail. T.th. Tafsir al Qr’an al-azdim, jilid IV. Mesir: al Maktabah al Tauqifiyah.
Izzan,
Ahmad. 2007. Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab. Cet.II; Bandung: Humaniora,
Jassem, Ali Jassem. 1999. Thuruqu
Ta’lim al adris al-Lughah al-Arabiyah. Kairo: Dar al-Maarif
Majid, Abdul.
2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Cet. 5; Bandung: Remaja Rosda Karya.
Makruf,
Imamgi. 2009. Strategi
Pembelajaran Bahasa Arab Aktif. Cet. I; Semarang: Need Press.
Nababan, Sri Utari Subyakto. 1993. Metodologi
Pengajaran Bahasa. Jakrta: Gramedia Pustaka Utama.
Nata, Abuddin. 2009. Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran. Cet. I: Jakarta : Kencana.
Richards, Jack
C dan Theodore S. Raodgers. 1995. Approaches
and Methods in Language Teaching. Cet. 11; Melbourne : Cambridge
University Press.
Sardiman,AM. 1994. Interaksi Belajar Mengajar ( Cet. III; jakarta : Rajawali Press. Sumardi,
Muljanto. 1974. Pengajaran
Bahsa Asing; Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi. Cet.: Bulan Bintang.
al-Syafii,
Muhammad Ibnu Ideis. T.th. Al- Risalah.
Beirut-Libanon: Dar al-kutub al- Ilmiyah.
Umam,Chatib.1980. Aspek-aspek
Pondamental dalam Bahasa Arab.Cet.I;
Bandung: Almaarif.
Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan
Pengukurannya (Cet. II; Jakarta : Bumi Aksara,
----------,
2008.Perencanaan Pembelajaran. Cet. 4; Jakarta: Bumi Aksara,
Usman, Syahruddin. 2011. Guru Profesional Suatu Tantangan. Cet.I; Makassar, Aaluddin Press,
al-Zaman,
Muhammad Ali. 1983. Al-Taujih
fi Tadris al- Luhgah al-Arabiyah. Kairo Dar al-Ma’arif.
[1] Fahmi, AH.Arkom, Ilmu Nahwu dan Sharaf Praktis dan Aplikatif, Cet. I; (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1999), h.53.
[2] Mas’adi Ghufron. Sejarah Islam dan Awal Tangga Runtuhnya Dinasti
Usmani Tarikh Pro Modern. Cet. 1 (Jakarta:Raja Grapindo Persada, 1997) h.1
[3] Chatibul Umam, Aspek-aspek Fundamental
dalam Bahasa Arab.Cet.I (Bandung: Al Ma’arif,1980) h.
15
[4] Muhammad
Ali al-Zaman, Al-Taujih fi Tadris al- Luhgah al-Arabiyah (Kairo: Dar al-Ma’arif,1983) h. 89.
[5] Azhar Arsyad. 1998. Madkhal ila Turuq Ta'lim al-Lugah
al-Ajnabiyyah li Mudarrisi al-Lugah al-Arabiyah. Cet. I; (Ujung Pandang: Ahkam, 1998) h. 8
[6] Syahruddin Usman. 2011. Guru Profesional
Suatu Tantangan. Cet.I; (Makassar: Aaluddin
Press, 2011) h. 119-120
[7] Hamzah B. Uno. 2007. Teori Motivasi
dan Pengukurannya Cet. II (Jakarta : Bumi Aksara, 2007) h. 17
[8] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Cet. 5 (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008) h. 136-137
[9] Munir, Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab (Jakarta:
Kencana,2017),h.53
[10] Jack C Richard dan Theodore
S. Raodgers, Approaches and
Methods in Language Teaching. Cet. 11 (Melbourne : Cambridge University
Press, 1995) h. 15
[11] Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahsa Asing; Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi (Jakarta: Bulan Bintang, 1974) h. 15
[12] Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan:Jenis, Metode, dan Prosedur
Cet. I (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 147
[13] Imamgi Makruf. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif.
Cet. I (Semarang:
Need Press, 2009) h.
49
[14] Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin. Pembelajaran Bahasa Asing: Metode
Tradisional dan Kontenporer. Cet.I (Jakarta: Bania Publishing, 2011) h.
39
[15] Aceo Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab. Cet.I (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) h. 171
[16] Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Cet.II (Bandung: Humaniora, 2007) h. 132
[17] Acep Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab. Cet.I (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) h. 179
[18] Sri Utari Subyakto Nababan, Metodologi
Pengajaran Bahasa (Jakrta: Gramedia Pustaka Utama, 1993) h.15
[19] Arsyad, Azhar, Madkhal ila
Turuq Ta'lim al-Lugah al-Ajnabiyyah li Mudarrisi al-Lugah al-Arabiyah. Cet. I (Ujung Pandang: Ahkam, 1998) h. 54-56
[20] Jack C Richards dan Theodore S. Raodgers.. Approaches
and Methods in Language Teaching. Cet. 11 (Melbourne : Cambridge University Press, 1995) h. 45
[21] Syahruddin Usman, Guru
Profesional Suatu Tantangan. Cet.I; Makassar, Aaluddin Press, 2011) h. 145
[22] Ibid, h.146