BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Majaz
المجاز
هو اللفظ المستعمل في غير ما وضع له لعلاقة مع قرينة مانعة من إرادة المعنى السابق.
Majaz adalah
adalah lafadz yang di gunakan pada arti bukan semestinya karena ada hubungan
beserta adanya qarinah (petunjuk) yang mencegah dari arti yang lalu (asli).[1]
Dalam
kitab البلاغة
الميسرة karangan Syekh Abdul Aziz bin Ali Al
Hazby, bahwa pengertian majaz yakni
المجاز
هو : لفظ استعمال في غير معناه الاصلي , كأسد في قولك : زيد أسدا . ولابد من علاقة
بين المعنى الاصلي والمجا زي , ومن قرينة تمنع من ارادة المعنى الاصلي. [2]
Hubungan antara
makna hakiki dan makna majazi itu kadang-kadang musyabahah (keserupaan) dan
kadang- kadang lain dari itu (ghairu musyabahah). Dan qarinah itu ada kalanya
lafdziyah dan adakalanya haliyah.[3]
2.2
Macam-macam majaz
Majaz pada
garis besarnya ada dua jenis, yaitu majaz lughowi dan majaz ‘aqli ;
2.2.1
Majaz lughowi.
Majaz lughowi
adalah salah satu jenis majaz yang ‘illahnya didasarkan pada aspek bahasa.
Majaz ini terbagi kepada dua jenis, yaitu majaz isti’arah dan majaz mursal.
1.
Majaz isti’arah
الإستعارة
من المجاز اللغوي , وهي تشبيه خدف أحد طرفيه, فعلاقتها المشابهة دائما
Isti’aroh
adalah satu bagian dari majaz lughowi. Isti’aroh adalah tasybih yang dibuang
salah satu thorf-nya. Oleh karena itu hubungan antara makna haqiqi dengan makna
majazi adalah musyabahaah selamanya.
Isti’aroh
terbagi menjadi:
·
Ditinjau dari musyabbah bih
a)
Tashrihiyyah yaitu isti’aroh yang musyabbah bih-nya disebutkan. Contoh: كتاب أنزلناه إليك لتخرج الناس من
الظلمات إلى النّور (ابراهيم : 1)
Kata الظلماتdigunakan untuk makna kesesatan. Dan
kata النّور digunakan untuk makna hidayah dan iman.
Hubungan antara makna hakiki dan makna majazi adalah musyabahah. Qarinahnya
adalah haliyah.
b)
Makniyyah yaitu isti’aroh yang musyabbah bih-nya dibuang. Contoh: ربّ إنّي وهن العظم منّي واشتعل الرأس
شيبا (مريم:4)
Kata الرأس
(kepala)
diserupakan dengan bahan bakar. Qarinahnya adalah menyandarkan kata “menyala”
pada “kepala”
·
Ditinjau dari segi lafalnya
a)
Ashliyyah yaitu apabila kata benda yang dijadikan isti’aroh berupa isim jamid.
Contoh: يا
شمس الزّمان وبدره # وإن لامنى فيك السها والفراقداحبّك
Aku cinta kamu,
wahai matahari dan bulan zaman ini, sekalipun bintang-bintang yang samar dan
yang jauh mencaci-makiku karena menyukaimu.
b)
Taba’iyyah yaitu apabila lafadz yang dijadikan isti’aroh berupa isim musytaq
atau fi’il (kata kerja).
Contoh:سكت عن موسى الغضب أخذ الألواح
( الأعراف : 154) ولمّا
·
Ditinjau dari segi pengertian yang menghimpun keduanya
a)
Murasysyahah yaitu isti’arah yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan
dengan musyabbah bih. Contoh:
أولئك
الذين اشتروا الضلالة بالهدى فما ربحت تجارتهم (البقرة : 16)
b)
Mujarradah isti’arah yang disertai dengan penyebutan kata yang
relevan dengan musyabbah. Contoh:
كان
فلان أكتب الناس إذا شرب قلمه من دواته أو غنى فوق قرطاسه
c)
Muthlaqah yaitu isti’arah yang tidak disertai penyebutan kata-kata yang
relevan dengan musyabbah bih maupun musyabbah atau disebutkan kedua-duanya.
Contoh:
[4] وقد
كتبت أيدى الربيع صحائفا كأنّ
سطور السرو حسنا سطورها
ينقضون
عهد الله (البقرة : 27)
·
Ditinjau dari wajhu syabah
a)
Qaribah yaitu isti’arah yang mudah dimengerti sisi perpaduannya.
Contoh: أسدا يخطب رأيت
b)
Gharibah yaitu isti’arah yang sulit dimengerti sisi perpaduannya.
Isti’arah
gharibah dibagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya:
§ Kedua
ujungnya hissi dan wajhu syabahnya hissi
Contoh: طه : 88) ) فأخرج لهم عجلا جسدا له
خوار
§ Semua
ujungnya hissi dan wajhu syabahnya aqli(abstrak).
Contoh:وأية لهم الليل نسلخ منه النهار
§ Semua
ujungnya hissi dan wajhu syabahnya berbeda(ikhtilaf).
Contoh:رأيت شمسا وأنت تريد إنسانا كالشمس
§ Semua
ujungnya aqli(abstrak, dan wajhu syabahnyapun aqli.
Contoh:من بعثنا من مرقدنا
§
Musta’ar minhu hissi, dan musta’ar lah aqli. Sedangkan wajhu syabahnyapun aqli.
Contoh:فاصدع بما تؤمر
§
Musta’ar minhunya aqli, dan musta’ar lahnya hissi, sedangkan wajhu syabahnya
aqli.
§ Contoh:إنّا لمّا طغى الماء
·
Ditinjau dari kedua ujungnya
a)
Inadiyah yaitu yang kedua ujungnya tidak bisa bersatu sebab bertolak belakang
(berlawanan), seperti mengisti’arahkan yang ma’dum pada yang maujud, orang yang
mati kepada yang hidup, seperti: رأيت الميّت في المدرسة
Isti’arah
inadiyah dibagi menjadi dua macam:
a.
Tamlihiyah (agar tampak lucu), seperti:أسدا في المسجد رأيت
b.
Tahakkumiyah ( mengolok-olok), seperti: أسدا أي تريد جبّانا رأيت
b)
Wifaqiyah yaitu yang kedua ujungnya itu dapat bersatu, seperti pengisti’arahan
penghidupan pada pemberian hidayah[5]. Seperti firman Allah:كان ميتا فأحييناه أومن
·
Isti’arah tamtsiliyah
الإستعارة
التمثيلية تركيب أستعمل في غير ما وضع له لعلاقة المشابهة مع قرينة من إرادة
المعنى الأصلي
Isti’arah
tamtsiliyah adalah suatu susunan kalimat yang digunakan bukan pada makna
aslinya karena ada hubungan keserupaan ( antara makna hakiki dan makna majazi)
disertai adanya qarinah yang menghalangi pemahaman terhadap kalimat tersebut
dengan maknanya yang asli.
Contoh: أنت ترقم على الماء
"
engkau melukis dipermukaan air”. Kalimat ini
disampaikan kepada orang yang menekuni suatu urusan yang tidak mungkin dapat ia
capai dengan tuntas[6].
2.
Majaz mursal
Majaz
mursal adalah:
الكلمة
المستعملة قصدا في غير معناها الأصلي لملاحظة علاقة غير (المشابهة) مع قرينة دالة
على عدم إرادة المعنى الوضعي.
“majaz mursal
adalah kata yang digunakan bukan untuk maknanya yang asli karena adanya
hubungan selain musyabahah, serta adanya qarinah yang menghalangi pemahaman
dengan makna asli.”
Hubungan makna
asli dan makna majazi dalam majaz mursal antara lain:
1.
As- sababiyah, yaitu menyebutkan sebab sedangkan yang dimaksud adalah musabbab.
Contoh:رعت الماشية الغيث, أي النبات
2.
Al- musabbabiyah, yaitu menyebutkan musabbab sedangkan yang dimaksud adalah
sabab.
Contoh:(وينزّل لكم من السّماء رزقا) ( المؤمن:13 )
أي: المطر يسبّب الرزق
3.
Al-kulliyah, yaitu menyebutkan keseluruhan sedangkan yang dimaksud adalah
sebagian.
Contoh:(يجعلون أصابعهم في اذانهم) (البقرة 19 )أي
أناملهم
4.
Al-juz’iyah, yaitu menyebutkan sebagian sedangkan yang dimaksud adalah
seluruhnya.
Contoh: فرجعناك إلى أمّك كي تقرّعينها
ولاتحزن
Kata yang
bergaris bawah adalah majaz, karena yang dimaksud bukan hanya mata, tetapi
manusia.
5.
I’tibaaru maa kaana, menyebutkan hal yang terjadi sebelumnya namun yang
dimaksudkan adalah hal yang akan terjadi.
Contoh: واتوا اليتامى أموا لهم (النساء:2)
Kata yang
bergaris bawah adalah majaz, karena Allah memerintah untuk memberikan harta itu
pada anak yatim yang telah dewasa. Jadi, yang dimaksud adalah orang-orang yang
justru telah meninggalkan usia yatimnya.
6.
I’tibaaru maa yakuunu, yaitu menyebutkan hal yang akan terjadi tapi yang
dimaksud adalah hal yang telah terjadi.
Contoh:
) (نوح:27 إنّك إن تذرهم
يضلّوا عبادك ولا يلدوا إلا فاجرا كفارا
Kata yang
bergaris bawah adalah majaz, karena anak yang baru dilahirkan itu tidak bisa
melakukan maksiat dan tidak dapat berbuat kekufuran tetapi mungkin akan
melakukan itu setelah masa kanak-kanak.
7.
Al- mahalliyah, yaitu menyebutkan tempat perbuatan tapi yang dimaksud adalah
yang melakukan perbuatan itu
Contoh: فليدع نادية (العلق :17)
Kata yang
bergaris bawah adalah tempat berkumpul, akantetapi yang dimaksud adalah
orang-orang yang berkumpul ditempat itu, baik keluarga maupun para pembantunya
8.
Al- haliyah, yaitu menyebutkan hal yang menempati suatu tempat namun yang
dimaksud adalah tempatnya.
Contoh:ففي رحمة الله هم فيها خالدون, أي
الجنّة
2.2.2
Majaz ‘aqli
Majaz ‘aqli
adalah:
إسنادالفعل,
أو ما في معناه (من أسم فاعل , أو إسم مفعول, أو مصدر)إلى غير ما هو له في الظاهر,
من المتكلم, لغلاقة مع قرينة تمنع من أن يكون الإسناد إلى ما هو له.
“ menyandarkan
fi’il atau kata yang menyerupainya (isim fa’il, maf’ul, atau masdar) pada yang
tidak sebenarnya, secara dhohir mutakallim karena adanya hubungan dan disertai
qarinah yang menghalangi dipahaminya sebagai penyandaran yang haqiqi.
Hubungan majaz
aqli diantaranya:
1.
Penyandaran kepada waktu fi’il
Contoh: من سرّه زمن ساءته أزمان
Kejelekan dan
kebaikan disandarkan pada zaman, padahal zaman bukanlah pelakunya.
2.
Penyandaran kepada tempat
Contoh: وجعلنا الأنهار تجرى من تحتهم
Mengalir
disandarkan kepada sungai, padahal yang dimaksud adalah airnya yang mengalir.
3.
Penyandaran kepada sebab
Contoh: بنت الحكومة كثيرا من المدارس
Pemerintah
tidak membangun sekolah-sekolah dengan tangan mereka sendiri, tetapi mereka
memerintah.
4.
Penyandaran kepada masdar
Contoh: سيذكرني قومي إذا جدّ جدّهم
Bersungguh-sungguh
disandarkan pada kesungguhan, tetapi yang dimaksud adalah menyandarkan pada
orang yang bersungguh-sungguh,
5.
Penyandaran isim mabni fa’il kepada maf’ulnya
Contoh: لاعاصم اليوم من أمر الله إلاّ من
رّحم
Yang dimaksud
adalah isim maf’ul yaitu معصوم
6.
Penyandaran isim mabni maf’ul kepada fa’ilnya
Contoh:
(: 45الإسراء)وإذا
قرأت القران جعلنا بينك وبين الذين لايؤمنون بالاخرة حجابا مستورا
Yang dimaksud
adalah isim fa’ilnya yaitu ساترا
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Majaz secara
garis besar ada dua yaitu majaz lughawi dan majaz aqli. Majaz lughawi adalah
penggunaan lafazh bukan untuk makna sebenarnya karena adanya ‘alaqah baik
musyabahah maupun ghair musyabahah. Sedangkan majaz aqli adalah penisbatan kata
kerja (fi’il) atau yang semakna dengannya kepada lafadz yang bukan sebenarnya
karena adanya ‘alaqah.
Majaz lughowi terbagi kepada dua, yaitu majaz isti’arah dan majaz mursal.
Isti’arah adalah majaz yang ‘alaqah-nya musyabahah (keserupaan). Sedangkan
mursal adalah majaz lughowi yang ‘alaqah –nya ghair musyabahah.
v
Macam-macam isti’arah:
a.
Ditinjau dari musyabbah bih: Tashrihiyyah dan Makniyah
b.
Ditinjau dari segi lafal: asliyah dan taba’iyah
c.
Ditinjau dari segi pengertian yang menghimpun keduanya: murasyahah, mujarradah
dan muthlaqah.
d.
Ditinjau dari wajhu syabah: qaribah dan gharibah.
e.
Ditinjau dari kedua ujungnya: inadiyah dan wifaqiyah.
f.
Isti’arah tamtsiliyah.
v Macam-
macam ‘alaqah majaz mursal: sababiyah, musababiyah, kulliyah ,juz’iyah,
i’tibaaru maa kaana, i’tibaaru maa yakuunu, mahaliyah, dan haliyah.
v
Macam-macam hubungan majaz aqli:penyandaran kepada waktu fi’il, tempat, masdar,
sebab,isim mabni maf’ul kepada fa’ilnya,isim mabni fa’il kepada maf’ulnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyimi
As-Sayyid Al-Marhum Ahmad, Jawahir Al-Balaghoh, Haromain.
Akhdhori Imam,
Jauharul Maknun, terjemahan: Abdul Qadir Hamid, Surabaya, Al- Hidayah.
Al-Jarim Ali
& Musthafa Amin. 2010. Al-Balaghatul Waadhihah. Surabaya:Toko
Kitab Al-Hidayah.
Dayyab Hifni
bek. 1991. Qowaid AlLughoh Al Arabiyah,terjemahan: DRS.H. Chatibul
Umam. Jakarta:Darul U lum.
No comments:
Post a Comment